Luwak adalah hewan menyusui (mamalia) yang termasuk suku musang dan garangan (Viverridae). Nama ilmiahnya adalah Paradoxurus hermaphroditus. Nama ini berasal dari fakta bahwa Luwak memiliki semacam bau yang berasal dari kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum daun pandan, namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan. Kemungkinan bau ini digunakan untuk menandai batas-batas teritorinya, dan pada pihak lain untuk mengetahui kehadiran hewan sejenisnya di wilayah jelajahnya.
Di beberapa daerah di Indonesia, hewan ini dikenal dengan beberapa nama seperti Musang (Betawi),Careuh (Sunda), Luwak atau Luak (Jawa). Sedang dalam bahasa Inggris binatang seukuran kucing ini disebut Common Palm Civet, Mentawai Palm Civet, Common Musang, House Musang atau Toddy Cat.
Terkadang Luwak dianggap mengganggu, namanya pun banyak disematkan pada peribahasa-peribahasa yang bermakna kurang baik. Namun ternyata aktivitas metabolismenya telah menjadikan binatang ini sebagai mesin uang bagi para produsen kopi Luwak.
Kabupaten Lampung Barat hingga tahun 2010 mempunyai luas areal perkebunan kopi mencapai 59.357 ha, dengan produksi 61.201 ton dan produktivitas sebesar 1.095 kg/ha/tahun. Perkebunan kopi ini menjadi sumber pendapatan bagi 84.796 KK dan menjadi sentra penghasil kopi terbesar di Provinsi Lampung serta terkenal dengan kopi luwaknya. Bahkan kopi luwak yang dihasilkan dari daerah ini menjelma sebagai komoditas termasyhur di dunia. Bekerjasama dengan sejumlah eksportir, kopi luwak yang dihasilkan itu kini dinikmati pecinta kopi di beberapa negara, antara lain Korea, Jepang, Hongkong, Kanada bahkan Amerika Serikat.
Kopi luwak di daerah ini telah menambah khasanah kekayaan kopi-kopi eksotis nusantara. Di mata dunia internasional, kopi luwak asal Indonesia, khususnya dari Lampung Barat memiliki reputasi teramat baik, bahkan disebut-sebut sebagai salah satu kopi termahal dan terlangka di dunia.
Di luar negeri harga kopi luwak bisa mencapai Rp 5 juta hingga Rp 8 juta per kilogram dalam bentuk bubuk. Keberadaannya telah mengalahkan biji kopi Hacienda dari Panama dan kopi St.Helena, Afrika yang masuk di dalam jajaran kopi dunia termahal dengan harga masing-masing Rp 1,5 juta dan Rp 1 juta per kilogram.
Selain mengharumkan nama daerah, hal yang lebih penting adalah keberadaan kopi luwak ini dapat memberikan nilai tambah, yaitu penghidupan yang lebih baik bagi petani kopi dan para produsen kopi luwak lainnya. Pada gilirannya, para petani kopi juga bisa lebih terangkat kesejahteraannya.
Ciri dan Perilaku Luwak
Luwak bertubuh sedang, berukuran sekitar 50 cm dengan ekor panjang mencapai 45 cm dan berat rata-rata 3,2 kg. Tubuh luwak ditutupi bulu berwarna kecoklatan dengan moncong dan ekor berwarna kehitaman.
Sisi bagian atas tubuhnya berwarna abu-abu kecoklatan dengan variasi warna coklat merah tua. Muka kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala.
Luwak kerap ditemui di sekitar pemukiman dan bahkan perkotaan. Hewan ini amat pandai memanjat dan bersifat arboreal (hidup di pepohonan), meskipun tidak segan pula untuk turun ke tanah. Luwak juga bersifat nocturnal yang beraktivitas di malam hari untuk mencari makanannya.
Pada siang hari luwak tidur di lubang-lubang kayu atau jika di perkotaan, di ruang-ruang gelap di bawah atap. Hewan ini melahirkan 2-4 anak, yang diasuh induk betina hingga mampu mencari makanan sendiri.
Pencernaan Luwak sangat sederhana sehingga biji-bijian yang dimakannya akan dikeluarkan kembali utuh bersama kotorannya. Dari sinilah kemudian Luwak dikenal sebagai penghasil kopi pilihan berkualitas baik yang kerap disebut Kopi Luwak. Selain itu, kebiasaan makan hewan ini membuatnya mempunyai peranan penting dalam ekologi sebagai pemencar biji yang baik yang kemudian dapat tumbuh menjadi benih-benih pohon baru di hutan.
Persebaran dan Habitat Luwak
Beberapa spesies Luwak tersebar luas mulai dari Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, China, Filipina, India, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Nepal, Singapura, Srilanka, Thailand, dan Vietnam, tetapi yang menghasilkan kopi dengan aroma terbaik adalah Luwak asal Indonesia.
Di Indonesia, Luwak tersebar secara alami di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Selain itu juga telah diintroduksi ke Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.
Habitat yang disukai adalah hutan, semak-semak, hutan sekunder, perkebunan, dan di sekitar pemukiman penduduk. Luwak dapat hidup di daerah dataran rendah hingga di daerah dengan ketinggian 2.500 meter dpl.
Luwak  lebih suka tinggal di tempat yang bersih. Bahkan ketika membuang kotoranpun, Luwak memilih tempat yang bersih, misalnya di tanah yang kering,       di atas bebatuan, dan di atas batang pohon yang tumbang.
Apa itu Kopi Luwak?
Kopi Luwak (Civet Coffee) adalah jenis kopi dari biji kopi yang telah dimakan dan melewati saluran pencernaan hewan bernama Luwak. Binatang Luwak senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik termasuk buah kopi sebagai makanannya. Secara naluri Luwak hanya memakan buah kopi yang benar-benar matang dan mempunyai aroma khusus. Pada buah kopi yang matang terdapat sejenis aroma yang sangat khas, wangi seperti buah anggur atau buah lechi sehingga disukai oleh Luwak. Biji kopi dari buah kopi yang terbaik itulah yang sangat digemari Luwak, setelah dimakan dibuang beserta kotorannya yang berupa gumpalan memanjang biji kopi yang bercampur lendir, yang sebelumnya difermentasikan dalam perut Luwak. Kotoran tersebut kemudian diambil biji kopinya, dibersihkan dengan cara mencuci sehingga tersisa biji kopi yang masih utuh. Proses selanjutnya adalah dikeringkan dengan sinar matahari (full sun drying) sehingga menjadi Biji Kopi Luwak.
Biji kopi seperti ini, pada masa lalu sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan difermentasikan secara alami. Dan menurut keyakinan, rasa Kopi Luwak ini bener-bener berbeda dan spesial dikalangan para penggermar dan penikmat kopi.
Pentingnya Pemeliharaan Luwak
Produksi Kopi Luwak dari tahun ke tahun semakin merosot, dikarenakan Luwak dianggap sebagai hama atau binatang perusak, karena selain buah kopi, Luwak juga pintar mengkonsumsi buah-buahan yang siap dipanen, seperti pisang, coklat, pepaya dan buah segar lainnya. Selain itu, Luwak sering dianggap sebagai hama yang suka memangsa ayam, anak ayam dan telur. Mangsa lainnya adalah aneka serangga, moluska, cacing tanah, kadal, serta bermacam-macam hewan kecil lain yang bisa ditangkapnya, termasuk mamalia kecil seperti tikus. Perilaku yang demikian menjadikan Luwak sebagai binatang yang diburu petani. Dengan demikian perlu dilakukan langkah-langkah tepat agar populasi Luwak tetap terjaga, yaitu salah satunya dengan memelihara binatang Luwak.
Memang tidak gampang dalam memelihara dan mengembangbiakkan binatang Luwak tersebut. Karena binatang Luwak pemakan daging, binatang ini cenderung berperilaku kanibal bila dikumpulkan dengan Luwak yang lebih kecil, sehingga kandangnya harus dibuat satu per satu. Seminggu sekali untuk menambah protein, diberi daging ayam dan selama tidak ada buah kopi, Luwak diberi makan buah-buahan. Pada musim kopi, Luwak dapat menghabiskan 0,88 - 1,15 kg kopi gelondongan per hari. Tiap ekor Luwak dewasa dapat menghasilkan rata-rata kopi pasar 0,16 – 0,20 kg/ekor/hari. Buah kopi yang diberikan adalah buah kopi yang masak dan segar. Biji kopi yang dimakan mengalami proses fermentasi selama      12 jam dalam perut Luwak yang mengandung berbagai macam enzim. Biji tersebut kemudian keluar bersama kotoran pada proses ekskresi.
Luwak adalah binatang yang suka tinggal di tempat yang bersih. Oleh karena itu, kandang pemeliharaan Luwak harus dijaga kebersihannya setiap hari. Secara berkala Luwak dipantau kesehatannya oleh Dokter Hewan.