Sabtu, 11 Juni 2011

teknogno canggih

Suatu warisan teknologi beberapa masa silam yang apabila masih dapat digunakan sekarang akan memberikan sensasi yang berbeda seperti sedang menikmati rasa nostalgia, kebanggaan, penghargaan akan sejarah, dan lain-lainnya. Hal inilah yang dijual oleh PJKA dengan obyek wisata perjalanan menggunakan kereta api uap jaman dahulu. Lokasi wisata ini ditawarkan di Museum Kereta Api Ambarawa dengan mengambil rute perjalanan stasiun Ambara Bedono, pp.
Museum KA Ambarawa ini sebenarnya menawarkan banyak hal yang menarik. Mulai dari suguhan bentuk sejarah dan kondisi stasiun KA jaman dulu, berbagai peralatan dan teknologi perkeretaapian, bentuk-bentuk peninggalan lokomotif dan gerbong kereta, dan lain-lain. Untuk memberi kesempatan pada pengunjung agar dapat merasakan bepergian menggunakan kereta api maka disediakan dua paket perjalanan. Yang pertama adalah perjalanan dengan menggunakan kereta api uap dan yang kedua adalah dengan kereta api lori yang ditarik dengan lokomotif diesel kecil. Tour kereta api terakhir ini ditujukan untuk konsumen perseorangan dengan rute stasiun Ambarawa – Tuntang, pp. Perjalanan akan menempuh rute di sepanjang tepian sawah dan Rawa Pening. Sepanjang perjalanan, pengunjung akan dapat melihat berbagai pemandangan bukit dan rawa, serta aktivitas petani, pemancing dan pengambbil kompos. Untuk rute Ambarawa-Tuntang, kereta yang digunakan adalah gerbong kecil tanpa dinding dengan lokomotif modifikasi bermesin diesel.
Paket utama yang ada adalah tawaran wisata utama seperti yang telah disebutkan di atas berupa perjalanan dengan menggunakan kereta api uap. Rute perjalanan pergi sejauh sekitar 8 kilometer dengan jalur menanjak dan pulang kembali dengan jalan menurun tersebut ditempuh dengan menggunakan dua gerbong kayu yang ditarik dengan sebuah lokomotif uap. Baik gerbong maupun lokomotif merupakan sisa peninggalan jaman dulu yang masih terawat dengan baik. Rute perjalanan merupakan rute di rel datar di separo perjalanan dan separo perjalanan berikutnya berupa rute mendaki bukit dengan menggunakan sistem rel bergigi. Pada rute mendatar, lokomotif menarik gerbong dari depan seperti kereta api umumnya, tetapi pada rute menanjak, lokomotif akan mendorong gerbong dari bagian belakang. Atraksi yang dipertunjukkan tentu saja berupa teknologi tersebut, sejarah dan pemanfaatan kereta api yang digunakan, lokasi dan rute perjalanan, sistem komunikasi dan cara’langsir’ kereta, penggunaan bahan bakar, pengisian air ketel untuk pembangkit uap, teknologi rel bergigi dan lain-lain. Sepanjang perjalanan disuguhkan pemandangan indah berupa hamparan bukit dan sawah serta Rowo Pening dari atas bukit.
Untuk dapat menggunakan sarana kereta api uap, pengunjung harus membayar sekitar tiga juta rupiah untuk satu kali paket perjalanan. Biaya perjalanan tersebut dikenakan untuk menutup biaya operasional dan pemeliharaan kereta. Meskipun jika dilihat sepintas cukup mahal namun hal itu sebenarnya relatif hanya untuk menutup biaya operasional seperti bahan bakar kayu, pemeliharaan kereta termasuk infrastruktur stasiun dan jalan kereta, tenaga kerja (meskipun status kepegawaian sebagian besar adalah staf PJKA), dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar